Laporan Baca oleh Silviany Theresia Santoso
Identitas Buku
Judul : Sejarah Gereja
Pengarang : Dr. H. Berkhof dan Dr. I.H.Enklaar
Penerbit : BPK Gunung Mulia
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 1986
Cetakan : 5
Jumlah halaman : (hlm. 30-60) 31 halaman
Di dalam Laporan Baca ini kita diajak untuk melihat beberapa sub materi pokok yang telah terbagi menjadi 8 bab yaitu : Gereja Katolik yang lama, theologia gereja lama, pergaulan hidup di dalam gereja lama, gereja dan dunia : penghambatan dan perdamaian, gereja-negara, pertikaian tentang logos, perselisihan tentang kedua tabiat Kristus, dan Gereja Ortodoks-Timur.
Pada pembahasan pertama, dijelaskan dasar dan keadaan gereja yang lama. Dari segi kebaktian, Gereja ternyata semakin dipengaruhi oleh suasana kafir di mana terdapat dua pandangan kafir yang menguasai kebaktian Kristen pada masa itu terutama Perjamuan Kudus. [1] Selain itu babtisan Kristen pun diartikan salah, di mana babtisan dianggap sebagai penyucian diri dan pengusiran setan dari segala pengaruhnya. Dalam abad ke-II, gereja juga mulai berkembang dengan adanya perayaan tahunan yaitu Pentakosta, Paskah, Epiphanias dan Natal.
Dari segi disiplin gereja, masalah ini dipecahkan di Barat, di mana Montanisme ditolak. Gereja memberikan pemahaman yang baru bahwa gereja bukan hanya berisi orang-orang yang suci tetapi juga orang-orang berdosa yang apabila melakukan kesalahan mereka tetap bisa diampuni dan masuk dalam gereja untuk mengadakan pertobatan. Pusat organisasi sendiri adalah uskup, yang mengepalai jemaat dalam berbagai kegiatan ibadah maupun pemerintahan. Dan yang paling penting adalah Uskup Roma, sebab di sana terdapat jemaat Kristen yang terbesar dan terkaya, serta alasannya lainnya Petrus dan Paulus mati syahid di sana.
Dalam Theologia Gereja lama, kita menjumpai adanya golongan apologet yang berusaha untuk menyesuaikan Injil dengan semangat zaman di mana Injil menggenapi cita-cita filsafat Yunani. Tetapi di sini, Kristus lebih diletakkan sebagai teladan dan bukan Juruselamat. Di sisi lain, Irenius dalam melawan gnostik menitikberatkan pada pandangan mengenai akibat dosa yaitu kefanaan dan akibat rahmat yaitu hidup yang baka. Hal inilah yang mempengaruhi gereja timur dalam menekankan Hari Kebangkitan Yesus sebagai pesta termulia. Origenes yang merupakan murid dari Clemens menjelaskan juga pandangannya namun pandangannya hanyalah campuran ajaran Alkitab dengan filsafat Plato. Ajarannya berkembang dan menjadi puncak kekafiran Helenisme.
Di dalam Gereja lama, pokok-pokok penting sangatlah diperhatikan yaitu dalam hal derajat kebajikan untuk membuktikan kesucian agama, hal rumah tangga di mana pernikahan haruslah kasih-mengasihi dan tidak boleh ada perceraian, hal milik dan perbudakan di mana ada pembedaan antara yang kaya dan miskin, hal pengamalan yang diberikan kepada orang miskin, janda, orang tua-tua, dan sebagainya serta hal perawatan yang diserahkan kepada janda-janda dan pemeliharaan hidup yang menjadi tugas syamas-syamas.[2]
Semakin gereja berkembang, ada hambatan-hambatan yang dilalui di mana kaisar mulai menganiaya orang-orang Kristen untuk mendapatkan kembali anugerah dewa dan menjamin ketentraman negara di waktu mendatang. Namun suasana membaik ketika Constantinus Agung berkuasa, di mana gereja mendapatkan kebebasan sepenuh-penuhnya, bahkan segala milik yang telah dirampas oleh negara, harus dikembalikan atau dibayar. [3]Pada tahun 380 Gereja diresmikan menjadi Gereja-negara oleh kaisar Theodosius. Di sini dunia dimasehikan dan gereja diduniawikan. Gereja-negara disusun berdasarkan badan hukun yang berpusatkan di istana kaisar.[4]
Melihat kondisi gereja sendiri, tampak perbedaan pendapat antara Gereja di bagian timur dengan barat. Hal ini tampak pada permasalahan mengenai trinitas. Perselisihan juga terjadi dalam menanggapi kedua tabiat Kristus dari berbagai pihak. Namun akhirnya tercapailah suatu keputusan kompromi (jalan tengah) mengenai kedua tabiat Kristus bahwa Kristus bukan bertabiat satu (Aleksandria) atau bertabiat dua (Anthiokia), melainkan Ia bertabiat dua dalam satu oknum. Kedua tabiat ini tidak bercampur, tidak berubah, tidak terbagi, dan tidak terpisah.
Dalam pembahasan mengenai Gereja Ortodoks-Timur, kita semakin melihat perbedaan antara Gereja Kristen bagian barat dan timur. Di bagian barat, gereja lebih mementingkan perbuatan seperti amal dan organisasi gereja. Di bagian timur, gereja lebih mementingkan perenungan baik hal mistik maupun dogma. Gereja timur hampir tak berubah lagi baik secara lahiriah maupun batiniah. Sedang Gereja barat terus berkembang dalam susunannya maupun ajarannya. Di sini gereja Timur menyebut dirinya Gereja Ortodoks atau Gereja Katolik Gerika.
Hal yang ingin saya cermati di sini ialah pada waktu lalu seperti yang dibahas di dalam buku bahwa gereja mendapat banyak tantangan dan hambatan serta berbagai hal yang mengganggu perjalanan gereja. Pertanyaannya jikalau memang dalam perjalanannya gereja telah mendapatkan banyak permasalahan, mengapa sampai saat ini pun gereja masih banyak mendapat hambatan? Apakah hambatan yang ada sampai saat ini juga ada relevansinya dengan hambatan yang dulu belum terselesaikan ? Hal ini saya tanyakan karena saya melihat bahwa gereja masih sangat sulit menangani masalah yang ada, padahal di masa lalu gereja sudah memiliki pengalaman yang baik dalam menjawab segala permasalahan yang ada.
Sumber :
[1] Dr. H. Berkhof dan Dr. I.H.Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta : BPK Gunung Mulia,1986), 30
[2] Dr. H. Berkhof dan Dr. I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, 47
[3] Dr. H. Berkhof dan Dr. I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, 49
[4] Dr. H. Berkhof dan Dr. I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, 51